Minggu, 17 Februari 2013

Dugaan korupsi sang bupati Saiful illah



Ada yang menilai pertemuan dua jenderal sepak bola itu sebagai tanda bakal berakhirnya penyelidikan dugaan korupsi di tubuh Deltras Sidoarjo. Benarkah demikian?

Seperti diprediksi banyak orang, masuknya George Handiwiyanto menggantikan posisi Saiful Illah sebagai menejer Deltras Sidoarjo bakal membawa mimpi buruk bagi para pengurus lama (Saiful Illah Cs).

Perkiraan beberapa pihak itu ternyata tidak mbeleset. Tidak lama George berkuasa, asap korupsi yang selama ini rapi terbungkus di tubuh Deltras, tiba-tiba mengepul kembali. Dan, lagi-lagi George disebut-sebut sebagai orang pertama yang berani membuka noda hitam itu.

Meskipun dalam beberapa kesempatan, George membantah, dirinya adalah penyebab kekisruhan itu. Tapi, penilaian tersebut sebenarnya tidak total keliru. Karena kalau mau jujur, kali pertama yang membuat kejaksaan negeri (Kejari) Sidoarjo turun tangan adalah berita tentang belum terbayarnya beberapa gaji pemain.

Akhirnya pada awal November 2008 lalu, Kejari Sidoarjo memanggil George Handiwiyanto. George dipanggil untuk dimintai keterangan terkait kabar yang mencuat di beberapa media tentang manajemen Deltras yang belum membayarkan hak pemain asing Deltras, Roberto Acosta sebesar Rp 50 juta.

”Inilah kali pertama kasus itu muncul mas. Jadi bukan saya yang lapor. Tapi karena ada pemain yang belum menerima haknya. Dan itu muncul di media,” kata George.

Sayang, meskipun kecil ( Rp 50 juta), tapi siapa sangka akhirnya kasus tersebut menjadi bola liar. Ternyata tidak hanya Acosta Collante Ireneo Roberto yang belum menerima haknya. Ada satu pemain lagi yang mengalami nasib serupa. Pemain itu adalah Hicham Mahraq dari Maroko.

Saat itu, Goerge menangkap ada dugaan penggelembungan atau mark up kontrak pemain. Berdasarkan data yang dikantongi Tim Surabaya Pagi, Hicham Mahraq dari Maroko dikontrak Rp 700 juta, dan Acosta Collante Ireneo Roberto dari Paraguay Rp 200 juta.

Acosta menandatangani kontrak sebagai pemain Deltras hingga Juli 2009 dengan Asfijak, saat itu sebagai manajer setelah Saiful Illah lengser. Terbongkarnya penggelembungan ini baru diketahui George ketika pada 1 November dia akan memecat pemain tersebut.

“Dia nuntut haknya. Katanya ada perjanjian kontrak. Itu sebabnya saya minta ke pengurus. Tapi permintaan baik-baik itu tidak ditangapi,” kata George ketika masih hangat-hangatnya kasus tersebut mencuat. George kala itu, bahkan terus terang mengatakan uang yang diterima kedua pemain tersebut tak sebesar yang tertulis di surat perjanjian.

Sementara itu, sampai saat ini Tim Kejaksaan Negeri (Kejari) Sidoarjo terus melakukan pemeriksaan sebagai pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket) untuk mengungkap kasus dugaan penggelembungan tersebut.

Di antara beberapa pejabat tinggi yang sudah diperiksa tersebut antara lain, Kepala Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kabupaten Sidoarjo, I Putu Sri Suyoga.Kejaksaan ingin membuktikan apakah ada uang APBD yang terpakai untuk membiayai Deltras tersebut?

Asfijak, mantan menejer Deltras yang sempat menggantikan posisi Saiful Illah menolak berkomentar. Berkali-kali dia menegaskan, bahwa pihaknya tidak tahu menahu tentang dugaan korupsi tersebut.

“Saya no coment saja. Langsung hubungi Pak Saiful (Saiful Illah) saja Mas. Beliau yang lebih tahu,” kata Asfijak menyarankan. Tanpa menjelaskan pernyataan yang dimaksud, saran Asfijak tadi seolah menempatkan bahwa Saiful Illah adalah figur yang paling tahu dan bertanggungjawab atas mencuatnya dugaan korupsi di tubuh Deltras tersebut.  Bisa jadi, kasus Deltras ini menjadi pintu masuk untuk membuka kembali kasus lama Deltras yang sempat ngendon, dan menyeret banyak pejabat.tim 

(http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962192af556780f26bc7591e746a393727e) 


                                                                        (Saiful Illah)

0 komentar:

Posting Komentar